Matahari sudah menampakan senyumnya. Borneo, Desember 2012 terbangun seorang pria hebat dari tidur panjangnya, setelah semalaman mencoba mengadu nasib dengan pedangnya. Membuka mata dengan agak berat seperti di lem paling super didunia. Namun, ia tetap paksakan, karna ada alasan mengapa harus bangun dipagi yang sangat cerah ini, secerah masa depan dalam khayalan.
Semalaman mengumpulkan keberanian yang dibalut rasa rindu yang menggebu-gebu, setelah sekian lama memedamkan diri dalam lautan amarah penyesalan. Ucapan “selamat ulang tahun” coba ia kirimkan kepada wanita hebat yang pernah menakhlukan hatinya. Seorang wanita hebat yang hanya dengan menyebutkan namanya saja hati bergetar, seluruh bulu halus ditengkuk merinding tidak karuan, Pikiran melayang-layang, sejenak terasa seperti orang yang hilang kesadaran, meski yang sebenarnya terjadi hanyalah ilusi yang membawanya memasuki dunia khayalan yang tidak pernah ia usahakan.
Pagi
ini terbangun dengan membawa sejuta harapan, adakah balasan pesan yang ia
kirimkan semalam, semoga bukan undangan pernikahan yang engkau kirimkan wahai wanita
pujaan. Dengan menarik nafas sangat dalam kemudian dihembuskan dengan melafazdkan
Basmallah ia membuka pesan, meski agak sedikit canggung dan beberapa
kali menjatuhkan handphone, tapi tidak menyurutkan semangatnya, pesan
terbuka dan terbaca “terima kasih pria hebat” dengan tambahan emoticon
senyum sebagai penutupnya.
Balasan
pesan yang dikirim wanita pujaan, membuatnya girang tak karuan, menahan senyum
yang terus memaksa bibirya untuk terbuka lebar dengan tawa kebahagian, ia
mencoba untuk membuka obrolan agar ini tidak berhenti sampai disini.
Membalas
pesan dengan permohonan “jangan berdo’a minta banyak-banyak, soalnya do’amu
paling cepat terkabul, apalagi minta nikah, jangan !“ pesan ia tutup dengan
emoticon tertawa lebar, seolah-olah ini hanya guyonan, meski yang sebenarnya
didalam hati ada harapan “semoga engkau tidak menikah di tahun ini atau aku
akan mengacaukan pernikahanmu, akan kucuri janur kuningmu dan ku ganti dengan
pelepah kelapa keringku”… mungkin terdengar sedikit kejam dan ini bukanlah sesuatu
yang pantas untuk dijadikan harapan, namun semuanya tak dapat dinafikan, semua ini
terjadi karna rasa yang masih ada dan ketidakrelaan yang terus merasuk kedalam
jiwa yang telah menutup mata dan hatinya.
Pesan
terkirim, harapan terpanjatkan semoga pesan terbalaskan tanpa undangan
pernikahan…….
Tidak ada komentar