Setelah
pertempuran terjadi antara 2 gank monyet, yang pada akhirnya solusi untuk
menghindari korban berjatuhan adalah Russian Roulette.
Kedua
pemimpin mengambil posisi, bersiap untuk bertarung mempertaruhkan harga diri.
menggunakan senjata Revolver yang hanya diisi dengan satu peluru kemudian diputar lalu ditodong dan ditembakan kekepala pemain, jika beruntung maka akan selamat. Permainan ini sangat dekat dengan malaikat maut, jika tidak berutung maka kematian akan datang berkunjung.
Karna didunia monyet tidak ada senjata Revolver, maka mereka menggantinya dengan pisang. Iya, pisang yang biasanya dijadikan makanan kini pisang dapat dijadikan alat pembunuhan. Caranya bagaimana? Caranya adalah disiapkan pisang sebanyak-banyaknya, kemudian ¼ dari jumlah keseluruhan dijadikan lembek dengan cara diremas-remas namun tidak membuat kemasan jadi merusak. Kemudian pisang yang lemas dicampur dengan yang masih segar dan dimasukan kedalam sebuah wadah besar serta ditutupi dedaunan agar pisang tidak dapat dipandang oleh para pemain.
Nah, cara bermainnya para pemain memasukan tangannya kedalam wadah yang telah disiapkan untuk mengambil pisang dengan cepat kemudian dicolokan kemata lawannya, siapa yang mampu bertahan dengan colokan tesebut maka dia adalah pemenangnya.
Permainan Russian Roulette ala coboy hutan azamon ini dapat menyebabkan iritasi pada mata dan mejadikan mata agak sedikit kabur.
Permainanpun dimulai dengan “Suit (gunting batu keras)” pemenangnya dapat memulai lebih dulu.
Sang
Pageran monyetpun tampak bersamangat, tidak mau kalah Palak Lab musuhpun
memberikan senyuman sinis yang ditaburi dengan kesombongan. Suit pertama
dimulai, daaaaaaaaaaaaaan..
Dimenangkan
oleh Palak Lab musuh, senyumnyapun makin melebar, dengan sigap Palak Lab mengambil
pisangnya (maksunya pisang didalam wadah) dengan cepat, kemudian langsung
dicolokan kemata Sang Pangeran, Sang Pangeranpun mengerang kesakitan, ternyata
pisang segar yang terpilih. Suara riuh penoton menelan rasa pedih Sang Pangeran.
Suit
kedua kembali dilakukan, lagi lagi, Sang Pangeran harus menelan kekalahan.
Para penonton dari pihak musuhpun semakin berteriak-teriak tidak karuan
mengiringi jalannya permainan.
Mata
Sang Pangeran memerah seperti orang kesurupan (monyet bisa kesurupan nggak ya?).
Colokan demi colokan harus diterima dengan jantan. Tanpa ampun Palak Lab melakukannya
dengan kejam.
Bapak
dan Ibu monyetpun menggelengkan kepala sebagai simbol rasa tidak percaya dan ini
adalah tanda kekalahan akan tiba.
Namun
optimisme masih ditujukan oleh The Prince of Monkey, semua ini pasti akan
berakhir dengan kemenangan.
Permainan
sudah berjalan sekitar 1 jam, Ntah sudah berapa banyaknya colokan demi colokan mendarat
ke mata Sang Pangeran.
Hingga
tiba lah waktunya sang pangeran mendapatkan giliran, suara penonton mendadak
sepi (seperti hati penulis cerita ini..hiks). bukan, tapi seperti suasana kuburan
dimalam hari.
Senyum
kedua orang tua Pangeran tampak mengembang, terutama dari sang ibu yang sedari
tadi merasa gusar tak karuan.
Penuh
dengan rasa dendam Sang Pangeran mengambil pisang dengan sangat cepat kemudian dicolokan,
Palak Lab musuh menggelapar mengerang tidak karuan tampak darah berceceran di
atas sasana rumput pertandingan.
Para
penonton berlari kearah sasana pertandingan, menolong Palak Lab yang sudah sangat
kesakitan.
Sang
Pangeranpun heran kenapa bisa terjadi seperti ini, rasa tidak percaya mulai
menghampiri, kenapa bisa menang secepat ini.
Setelah
berfikir sejenak, baru disadari bahwa yang dicolokan tadi bukanlah pisang melainkan
sebuah ranting pohon yang amat tajam. Wajar saja jika Palak Lab menggelapar
kesakitan.
Pertikain
nyaris terjadi lagi, karna Palak Lab menganggap adanya konspirasi
dan sabotase. Namun apa mau dikata, jika pertarungan dilanjutkan maka
kemenangan tetap menjadi milik pihak Sang Pangeran.
Dengan
terpaksa Palak Lab undur diri untuk menghindari korban berjatuhan. Dan palak
lab harus merelakan sebagian teritori dikuasai serta hidup berdampingan untuk
sementara waktu yang tidak dapat ditentukan.
Namun
dendam tetaplah dendam “Gigi dibalas Gigi, Mata dibalas Mata”. Rencana mulai
disiapkan, untuk mengusir Sang Pangeran dan Rombongan.
Tidak ada komentar